Waktu pertama kali mendarat di Mexico City, yang paling mengagetkan bukan kebisingan atau gedung-gedungnya. Melainkan warna. Warna yang datang dari mural, dari pasar, dari sprei yang dijemur di gang sempit. Saya merasa seperti masuk ke lukisan hidup yang terus bergeser. Di sini, sejarah dan rasa saling bercumbu—kadang manis, kadang pedas—dan selalu hangat.
Jejak Sejarah yang tebal dan kadang lucu
Sejarah Meksiko itu tebal. Ada lapisan pra-Hispanik yang masih jelas terlihat di reruntuhan Teotihuacan dan di cara orang masih menyebut hari-hari tertentu. Lalu ada era kolonial dengan katedral-katedral yang anggun, dan revolusi yang meninggalkan monumen-monumen penuh cerita. Saya masih ingat berjalan di sekitar pusat kota, membaca prasasti yang berdebu, lalu berhenti minum kopi di kafe kecil sambil membayangkan pasar kuno di zaman Aztec. Sungguh—sejarah di sini bukan pelajaran di buku, tapi hal yang bisa disentuh.
Salah satu tempat yang bikin saya merasa sejarah itu hidup adalah Xochimilco. Kanal-kanal berwarna-warni dan perahu trajinera yang dihiasi bunga—itu klasik. Kalau mau suasana yang lebih turis tapi tetap asyik, cek vivexochimilco, mereka punya info dan tur yang bikin perjalanan ke sana lebih mudah. Tapi saran saya: jangan lupa tawar-menawar harga makanan di perahu, dan bawa topi. Matahari bisa galak.
Makanan — bukan sekadar taco (meski taco itu juara)
Sungguh, kuliner Meksiko itu luas. Jangan cuma terpaku pada taco—meskipun saya mengakui taco al pastor di sudut kota itu bikin ketagihan. Coba juga mole yang glossy, tempura yang bukan tempura Jepang, tapi saos cokelat pedas dan kacang yang kaya rasa. Atau tamales yang dibungkus daun jagung, hangat, membuat pagi mendadak cerah.
Satu hari saya ikut kelas memasak kecil di rumah nenek lokal. Dia mengulek salsa hingga tangannya merah, sambil tertawa dengan terjemahan seadanya saya. “Sedikit garam,” katanya, tetapi yang dia maksud adalah perasaan—sebuah sentuhan kecil yang membuat semuanya terasa pas. Itu pelajaran terbaik: masakan Meksiko sering kali tentang keseimbangan antara bahan sederhana dan teknik yang diwariskan turun-temurun.
Tips lokal: ringan tapi penting
Saya suka sekali bertanya pada warga setempat. Mereka selalu punya rekomendasi yang tidak ada di guidebook. Misalnya: halte bis tertentu aman, pasar pagi lebih murah daripada sore, atau warung kopi kecil di gang sebelah punya kue cokelat terbaik menurut ibu-ibu sekitar. Petuah-petuah seperti ini membuat perjalanan terasa lebih pribadi.
Praktisnya: bawa uang tunai secukupnya untuk pasar, pakai sepatu yang nyaman, dan unduh aplikasi peta offline. Bahasa Spanyol dasar membantu—ucapan sederhana seperti “gracias” atau “¿cuánto cuesta?” membuka banyak pintu. Dan satu lagi: kalau ada undangan minum mezcal dari penduduk lokal, terimalah—tapi jangan paksakan diri kalau tidak nyaman. Saya pernah ditawari mezcal oleh tukang becak yang langsung menjadi teman ngobrol sepanjang hari. Aneh, tapi menyenangkan.
Pasar, festival, dan waktu untuk duduk diam
Pasar di Meksiko adalah laboratorium warna dan aroma. Di pasar La Merced atau Mercado de Coyoacán Anda akan menemukan segala macam cabai, bunga, kain, dan mainan yang menggoda mata. Ambil waktu untuk duduk di bangku taman kecil, makan elotes (jagung bakar bertabur keju dan cabai), dan mengamati kehidupan sehari-hari lewat. Itu salah satu hiburan terbaik: menyaksikan anak-anak bermain sepak bola, penjual roti yang lalu lalang, pasangan tua yang bergandengan tangan—semuanya bergerak pelan seperti film hitam-putih yang tiba-tiba berwarna.
Kalau mau festival, cari tahu kapan Día de los Muertos berlangsung. Suasana di jalan berubah total: altar, bunga marigold, dan makanan untuk orang yang telah tiada. Emosinya campur aduk, antara meriah dan haru. Saya pernah berdiri dalam kerumunan, dan terasa seperti ikut dalam doa kolektif yang hangat dan penuh kenangan.
Menjelajah Meksiko bukan soal menandai tempat di peta. Lebih pada mengumpulkan momen—bau masakan di pagi hari, tawa penjual di sore, sapaan singkat dari tetangga yang lewat—yang membuat pulang nanti terasa seperti membawa sepotong kecil negara ini di saku hati. Kalau kamu pergi, bawa rasa ingin tahu dan sepatu yang kuat. Sisanya? Biarkan warna-warna itu menemanimu.